Selasa, 10 April 2012

Diskusi Publik " Sistem Kepartaian dan presidensialisme"

Filled under:

Koalisi Partai Dinilai Jadi Masalah Dalam Presidensial

Diskusi publik bertajuk \"Sistem Kepartaian dan Presidensialisme\" (Foto: PelitaOnline | Hurri)
Selain dapat dijadikan alat tawar impeachment atau pemakzulan, sistem presidensial juga dapat dijadikan alat untuk menyandera kepentingan pemerintah ditengah jalan.

akarta, PelitaOnline – HUBUNGAN antara eksekutif, legislatif dan yudikatif dinilai tidak akan pernah efektif dalam sistem pemerintahan yang menganut sistem presidensial.

Selain dapat dijadikan alat tawar impeachment atau pemakzulan, sistem presidensial juga dapat dijadikan alat untuk menyandera kepentingan pemerintah ditengah jalan apabila presiden dan wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran konstitusi.

Dewan Pembina Observer Indonesia Mulyana mengatakan, praktek presidensialisme di Indonesia tidak mengandung ciri-ciri ‘hyper-presidensialisme' sebagaimana berlaku di negara Argentina dan Filipina atau semi-presidensialisme di Rusia, Perancis. Bukan hanya itu, praktik presidensialine di Tanah Air juga, menurut Mulyana, berbeda sistem dengan yang berlaku di Rusia.

"Presiden Rusia 'legally superior, independent and free to manuver' mengangkat perdana menteri, mengusulkan gubernur, membubarkan Duma (parlemen) dalam keadaan darurat tertentu dan mengeluarkan dekrit presiden,” jelas Mulyana pada acara diskusi publik bertajuk "Sistem Kepartaian dan Presidensialisme," di Jakarta, Kamis (5/4).

“Juga bukan hyper-presidensialism dengan karakter konstitusional pemisahan khusus tanpa 'check and balance," sambungnya.

Di Indonesia, Mulyana mengatakan bahwadasar hukum mengenai pemakzulan tercantum dalam Pasal 7B serta 24c ayat 2), UU no 24/2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, serta pasal-pasal dalam undang-undang no 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (pasal 77 ayat 4, serta pasal 184-189).

Pembangunan koalisi, seperti koalisi di Pemerintahan SBY-Boediono, cenderung lebih problematik dalam sistem-sistem parlementer, karena adanya perbedaan sikap dan pandagan di dalam partai koalisi untuk mempertahankan kekuasan.

Problem tersebut, menurut Mulyana, disebabkan karena sistem presidensial kekurangan mekanisme untuk menyakinkan bahwa eksekutif memiliki mayoritas dalam institusi legislatif.

"Kemandegan sering memperlemah kekuasaan eksekutif. Problem-problem kecakapan memerintah, dan konlfik yang sengit antara DPR dan Presiden, kadang-kadang menimbulkan kemacetan-kemacetan demokrasi," ungkapnya.

Karenanya, Mulyana mengatakan bahwa problem sistem presidensial bukan sekedar terletak pada inkompabalitas presidensialisme dengan sistem multipartai, akan tetapi lebih kepada labilitas dan inefaktivitas dukungan (partai) koalisi dalam mendukung jalannya pemerintah.

Sumber : Pelita Online

Posted By OBSERVER INDONESIA05.39

Kamis, 05 April 2012

Undangan Diskusi Publik

Filled under:


OBSERVER INDONESIA



Kepada Yth,
Pimpinan/Direktur  Lembaga
Di
Tempat

Dengan hormat,

Dalam demokrasi, partai berjalan dalam sistem kepartaian tertentu, yang merupakan  bagian dari sistem kepartaian yang diterapkan di suatu negara. Sistem kepartaian memberikan gambaran tentang interaksi antar partai dan struktur persaingan di antara sesama partai politik dalam upaya meraih kekuasaan pemerintahan sesuai dengan konstruksi relasi regulasi yang berlaku.

Sistem kepartaian yang melembaga cenderung meningkatkan stabilitas politik dan efektifitas pemerintahan presidensiil sekaligus meneguhkan implementasi good governance, maka dengan ini kami Observer Indonesia mengundang Bapak/Ibu/Saudara/I dalam Kegiatan diskusi publik yang akan diadakan pada :

Hari/Tanggal   : Kamis 05 April 2012
Waktu              : 14.00 – 16.00 Wib

Tempat            : Galeri Cafe & Resto 
                           Komplek Taman Ismail Marxuki
                           Jl.Cikini Raya No.73 - Cikini Jakarta Pusat

Tema               : “ Sistem Kepartaian dan Presidensialisme “
Pembicara      : Pipit R Kartawidjaya (Presiden KIPP Eropa)
                           Mulyana W Kusumah. ( Dewan Pembina Observer Indonesia) 


Moderator      : Djaya Siahaan (Litbang Observer Indonesia)

Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 04 April 2012
Hormat kami,

Dipl Ing. Aldrin Situmeang

Cp. 081360 866697 (Bachtiar.E)

Posted By OBSERVER INDONESIA03.20

Selasa, 03 April 2012

TEAM OBSERVER INDONESIA

Filled under:

OBSERVER INDONESIA



AGUS CASMANTO P.SARAGIH.
MEDAN, 08 AGUSTUS 1968

 KOMP GRAHA INDAH BLOK A 11/11 RT/RW : 002/017 KAB/KOTA : BEKASI










BACHTIAR EFFENDY.
JAKARTA, 05 JULI 1977

GUJI BARU RT/RW : 004/002 KOTAMADYA : JAKARTA BARAT









ALDRIN APOLLO SITUMEANG.
JAKARTA,17 JUNI 1969

KOMP RS PERSAHABATAN RT/RW : 016/013 KOTAMADYA : JAKARTA TIMUR



MARGONO.
LAMPUNG,18 AGUSTUS 1961

 KP STANGKLE RT/RW : 003/016 KOTAMADYA : DEPOK










 PINTOR SITUMEANG.SH
: P.SIANTAR,12 AGUSTUS 1963

 GALUR SARI RT/RW : 007/007 KOTAMADYA : JAKARTA TIMUR







 MAHABASA S.M.SITUMEANG.
JAKARTA,17 JUNI 1963

JL.CEMPAKA PUTIH BARAT 26/34 RT/RW : 009/003 KOTAMADYA : JAKARTA PUSAT


SABAM DJAYA PM SIAHAAN
 JAKARTA 22 JUNI 1964
JL.CAWANG I/61 RT/RW : 004/012 KOTAMADYA : JAKARTA TIMUR







 MULYANA WIRA KUSUMAH (AlMH)
OGOR 23 NOVEMBER 1948

JL.JATI BARU X GG.E RT/RW : 009/001 KOTAMADYA : JAKARTA TIMUR






 PIPIT ROCHIJAT KARTAWIDJAJA
BANDUNG 30 AGUSTUS 1949

ALAMAT : GERMAN







 NETTA S PANE

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW)


Posted By OBSERVER INDONESIA01.57

Followers