Minggu, 27 Juli 2014

Pemerintahan Jokowi-JK Diyakini Mampu Tuntaskan Kasus HAM 1998

Filled under:


JAKARTA –Sejumlah kelompok masyarakat meyakini pasangan calon presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla, akan mampu melaksanakan pekerjaan rumah yang selama ini belum juga dapat dikerjakan pemerintahan yang ada.

Antara lain penuntasan dugaan kasus pelanggaran hak azasi manusia (HAM) 1998.

Menurut salah seorang aktivis dari Barisan Relawan Jokowi Presiden 2014 (Bara JP), Syafri Hidayat, kasus pelanggaran HAM 1998 cukup lama menggantung. Bahkan meski pemerintahan telah beberapa kali berganti, belum juga dapat terselesaikan.

“Sampai sekarang kita tahu masih ada 13 aktivis yang belum kembali. Karena itu kita harapkan pemerintahan Jokowi-JK nantinya dapat menuntaskan kasus ini. Paling tidak agar para aktivis tersebut dapat kembali atau diketahui seperti apa nasibnya saat ini,” ujarnya dalam dialog yang digelar Serikat Alumni Jerman (SAJ) menyambut hasil pemilihan presiden di Hotel Accacia, Jakarta, Kamis (24/7).

Saat ditanya seperti apa keyakinannya pasangan capres yang diusung PDIP, NasDem, PKB, Hanura dan PKPI ini mampu menuntaskan kasus pelanggaran HAM, Syafri yakin sangat besar.

Alasannya, pasangan Jokowi-JK tidak tersandera dosa masa lalu. Selain itu selama ini Jusuf Kalla juga diketahui memiliki kemampuan menyelesaikan sejumlah kasus konflik. Baik itu konflik di Aceh maupun Poso.

“Kita yakin mereka pasti bisa. Bagaimana caranya, kita serahkan sepenuhnya pada mekanisme yang menurut Jokowi-JK cukup tepat untuk menanganinya,” ujarnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Aldrin Situmeang dari Observer Indonesia, menilai kasus pelangaran HAM yang terjadi di Indonesia bisa dibawa pengadilan internasional di Jenewa.

Meski begitu, ia mengamini pandangan Syafri. “Intinya, selama pemerintah tidak mengikuti aturan perundang-undangan internasional tentang HAM, maka dugaan-dugaan kasus HAM yang terjadi selama ini tidak akan pernah bisa diselesaikan,” katanya.(gir/jpnn)
 
Dikutip dari : http://www.jpnn.com/read/2014/07/24/248154/Pemerintahan-Jokowi-JK-Diyakini-Mampu-Tuntaskan-Kasus-HAM-1998-

Posted By OBSERVER INDONESIA14.45

Rabu, 16 Juli 2014

Rakyat Vs Kapitalis?

Filled under:

Rakyat Vs Kapitalis?
 https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc3/1377316_667757099902749_1311354888_n.jpg
Rakyat tersenyum bahagia melihat Joko Widodo dengan keramahan dan kesederhanaannya. Sementara banyak orang yang terperangah dengan kemewahan yang ditampilkan Prabowo Subianto, bak potret pengagum kapitalis.

Bukan cuma satu atau dua kali masyarakat disuguhi pemandangan mewah Prabowo Subianto. Capres yang diusung poros Partai Gerindra ini selalu tampil dengan simbol-simbol kapitalis. Turun dari helikopter, mobil Lexus seharga miliaran rupiah dan kuda super yang nilainya serupa, sudah menjadi bagian dalam kesehariannya.

Pengamat politik dari Habibie Center,  Bawono Kumoro, pernah mengkritik Prabowo. Dia menasehati Prabowo untuk mengurangi memperlihatkan gaya hidup mewah.

"Berbagai hasil survei memperlihatkan masyarakat lebih memilih pemimpin dengan karakter sederhana. Dukungan terhadap Prabowo dikhawatirkan akan menurun karena sering memperlihatkan gaya hidup mewah," kata Bawono Kumoro di Jakarta, awal pekan.

Menurut Bawono Kumoro,  wajar Prabowo memperlihatkan kemewahan bahkan saat berinteraksi dengan publik. Sebab, dia berasal dari keluarga mapan. Tapi, sambungnya, saat ini publik lebih menyukai figur pemimpin yang sederhana. 

Prabowo yang berlatar belakang militer, memang selalu berusaha tampil gagah, menghormat ke kanan-kiri dan mengangkat tangan seraya melambai, meski kadang terlihat seperti gaya menghormat pemimpin NAZI, Adolf Hitler. 

Tentu sebagian orang berdecak kagum dengan sosok kesempurnaan Prabowo. Pria cerdas, tampan, gagah, plus harta yang melimpah. Harus diakui, Prabowo merupakan figur idaman kaum hawa. Apalagi dia kini tidak memiliki pendamping hidup setelah pernikahannya dengan anak keempat Presiden Soeharto, Siti Hediati Hariyadi, kandas.

Perlu diketahui, Prabowo memperoleh pangkat bintang tiga (letnan jenderal) di usia 46 tahun. Sebuah karier militer yang fantastis. Sayang, prestasi itu terdegradasi lantaran sanksi pemecatan dari militer menyusul dugaan keterlibatan dalam kasus kejahatan kemanusiaan, yakni penculikan 13 aktivis reformasi.

Saat datang ke kantor KPU Pusat guna mengambil nomor urut Pilpres 2014, Prabowo dan pasangannya, Hatta Rajasa, datang dengan kendaraan mewah, termasuk iring-iringannya. Mereka pertontonkan kemewahan dan kegagahan. Publik terperangah, berdecak, ada pula yang terlihat segan, bahkan gentar.

Tatapan ‘ngeri’ publik ke Prabowo adalah wajar. Sebab, yang ada di hadapan mereka memperlihatkan suasana kemiliteran. Militer di negeri ini bagaimanapun telah memberikan berbagai sugesti terhadap alam bawah sadar rakyat. 

Bukan isapan jempol bila berhadapan langsung dengan para petinggi militer, ada rasa segan, hormat bahkan takut-takut, dan itu adalah hal yang wajar mengingat sejarah militer kita telah memberikan ‘trauma’ yang berkepanjangan. Apalagi mengingat kasus-kasus yang terkait dengan masa lalu Prabowo. Maka wajar saja tidak ada kesan hangat, tulus, penuh senyum dan tawa dari masyarakat yang menyaksikan kehadiran Prabowo-Hatta. Trauma masa lalu!

Sebaliknya, rakyat tampak ceria, riang, dan penuh kehangatan saat Joko Widodo (Jokowi) tiba. Capres yang diusung poros PDIP ini juga ke kantor KPU Pusat saat itu untuk mengambil nomor urut Pilpres 2014.
Jokowi dan pasangannya, Jusuf Kalla (JK), tampil sangat natural, sederhana. Gaya itu memang keseharian Jokowi, kemeja lengan panjang digulung dengan bagian bawah yang dibiarkan keluar. Tidak ada kesan mewah secuilpun, sungguh merakyat. Apalagi dia datang dengan menumpang bajaj. 

Wajah-wajah rakyat yang berjumpa dengan Jokowi tampak tersenyum bahkan tertawa gembira. Latar belakang Jokowi yang sipil atau rakyat biasa itu membuat publik merasa nyaman. Terlebih Jokowi memang secara konsisten selama ini, sejak dari Solo, selalu berjalan kaki keluar masuk kampung-kampung rakyat, lewat langsung di depan pintu-pintu rumahnya warga. Ekspresi wajah rakyat saat bertemu dan berhadapan dengan Jokowi tanpa beban, tak ada trauma sebagaimana trauma rakyat kepada militer di negera ini. 

Memang penampilan dua sosok itu ibarat langit dan bumi. Jokowi adalah kita, rakyat sebagaimana adanya. Kesederhanaan, keramahan, kenyataan, dan harapan. Bukan mimpi, imajinasi, ambisi, atau obsesi penjunjung kapitalis. 

Semua ini bisa menjadi bahan pertimbangan realistis bagi rakyat. Jokowi dan Prabowo kini bertarung menuju kursi RI-1. Rakyat yang memutuskan kepada siapa harapan hidup selaras dan harmoni bisa digantungkan.
Perlu diingat, bangsa Indonesia merindukan hidup tanpa intimidasi dan ketakutan. Rakyat memerlukan pemimpin yang nyata, bukan imajinasi. Pemimpin yang tahu persoalan bangsa dan bekerja. Bukan pemimpin yang menyuguhkan mimpi kemewahan dengan simbol-simbol kapitalis. (fry)

Posted By OBSERVER INDONESIA08.48

Kamis, 03 Juli 2014

Program Prioritas Visi Misi Jokowi-JK, 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita)

Filled under:


Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang sembilan agenda prioritas jika terpilih sebagai presiden dan wakil presiden. Sembilan program itu disebut Nawa Cita. Program ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Berikut inti dari sembilan program tersebut yang disarikan dari situs www.kpu.go.id:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5.Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

Posted By OBSERVER INDONESIA23.39

Pemimpin Merakyat (Boks)

Filled under:


 http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/12/1356646109730847528.jpg

Pemimpin Merakyat (Boks) 

Kedatangan pasangan Joko Widodo- Jusuf Kalla (Jokowi-JK) ke kantor KPU Pusat dengan menumpang bajaj berbahan bakar gas warna biru, Minggu (1/6) siang, menunjukkan pasangan capres-cawapres ini merakyat, alias beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang kebanyakan hidup sederhana.

“Jokowi – JK saya anggap mampu beradaptasi dengan kehidupan masyarakat yang masih sederhana. Memang ada anggapan miring soal itu, seolah-olah pencitraan. Tetapi sehari-hari kita menyaksikan bahwa Jokowi – JK hidupnya sederhana, terlihat dari pakaian, sepatu dan lainnya. Mereka memang sederhana, ini tidak dibuat-buat,” kata pengamat politik yang juga mantan Ketua Umum PPRN, DR. Ir. Ricky Sitorus, MSi.
 
Berbeda jauh dengan pasangan capres Prabowo Subianto – Hatta Rajas yang datang ke KPU dengan mengendarai Lexus LX 570 seharga kurang lebih Rp2,5 Miliar itu. “Ini merupakan gambaran kandidat yang siap secara materi,” ujar Ricky.

Hanya saja dalam hal beradaptasi dengan masyarakat Indonesia yang kebanyakan sederhana hal ini dianggapnya kurang cocok. (Jef)

Posted By OBSERVER INDONESIA04.50

Followers