Jumat, 15 Agustus 2014

Prabowo: Dokternya Pernah Anak Buah Saya

Filled under:

 https://pkscibitung.files.wordpress.com/2014/06/wpid-foto20kertas20suara20prabowo20hatta.png
Boks ---- warta sepekan

Prabowo: Dokternya Pernah Anak Buah Saya
Capres Prabowo Subianto nampak gagah usai menjalani tes kesehatan di RSPAD Gatot Subroto. Dengan yakin dan mantan dia yakin lolos. Mantan menantu Presiden Soeharto ini pun menyebut dokter yang memeriksa pernah menjadi anak buahnya.

"Dokternya pernah jadi anak buah saya," kata Prabowo saat memberikan keterangan pers di depan ruang medical check up RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Jumat (23/5/2014).

Prabowo menjalani tes bersama pasangannya, Hatta Rajasa. Mereka menjalani 14 tes kesehatan. Prabowo mengaku takjub karena pemeriksaan kesehatan dilakukan sangat detail oleh tim dokter.

"Hanya dua orang tapi yang profesornya banyak. Semua lubang sudah diperiksa. Kita diperiksa rohani, kejiwaan, fisik. Semoga lolos semua," tutur Prabowo.

Dia lantas memuji kepiawaian para dokter yang menangani tes kesehatan tersebut. Prabowo mengaku sudah sering memeriksakan kesehatan dengan dokter di belahan dunia lainnya. Namun, tim dokter ini tak jauh beda dengan dokter di manca negara.

Hal yang sama diungkapkan Hatta Rajasa. Ia merasa seperti mendapat pemeriksaan kesehatan kelas dunia.

"Ini mencerminkan pelayanan kesehatan kepada rakyat Indonesia. Pendidikan dan kesehatan adalah pilar utama dalam membangun bangsa yang kuat dan mandiri," pungkas Hatta. (fry)

Posted By OBSERVER INDONESIA08.26

Selasa, 12 Agustus 2014

Profil Presiden RI Joko Widodo

Filled under:


Posted By OBSERVER INDONESIA23.56

Kamis, 07 Agustus 2014

Masyarakat Papua Inginkan Jokowi-JK

Filled under:


Masyarakat Papua Inginkan Jokowi-JK

Tokoh masyarakat Papua Ir Marthen Luther Lumadas Mc menegaskan, sebagian besar masyarakat berharap Presiden Indonesia yang terpilih di Pilpres 9 Juli mempunyai karakter yang tegas namun sederhana dan jauh dari kesan militer. Alasannya, sebagai besar masyarakat Papua trauma dengan militer.

Demikian disampaikan Marthen Luther yang juga mantan Sekda Provinsi Papua, kepada Observer Indonesia, di Jakarta, Rabu (4/6).

"Kami masih trauma, jika militer yang jadi presiden atau pemimpin di negeri ini. Jadi sebagian besar, masyakat Papua mendukung Jokowi sebagai presiden. Khususnya para orangtua yang mengalami kejadian di tahun 1962-1965. Termasuk kakak saya yang dipenjara karena sempat melawan pemerintah (militer) karena dianggap melawan aparat," kata Marthen Luther.
Marthen Luther menjelaskan, faktor trauma tersebut terjadi lantaran adanya tindakan yang terlalu keras yang dilakukan aparat kemananan terhadap masyarakat Papua, termasuk pengunaan senjata api untuk menyelesaikan persoalan dengan masyarakat Papua yang tinggal di pedalaman.

"Kami tidak mau terjadi lagi peristiwa yang mengenaskan terhadap orang-orang Papua. Di tahun 1963, 1969 dan sampai sekarang, masih terjadi penembakan-penembakan orang Papua di pedalaman," ungkapnya.

Dia juga menduga penembakan itu terjadi karena kurangnya pendekatan-pendekatan terhadap orang-orang Papua yang masih kurang paham tentang eksistensi Indonesia ini.

"Seharusnya penguasa atau militer bisa melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua yang tidak sepenuhnya paham tentang keberadaan pemerintah Indonesia," ujarnya

Mantan Kepala Dinas Kehutanan Sorong tahun 1993-2003 ini menjelaskan, karena faktor trauma tersebut, sebagian besar masyarakat Papua berharap pasangan Jokowi-Kalla terpilih menjadi presiden, memerintah di Indonesia untuk lima tahun ke depan.

"Kami melihat sifat dan penampilan dari Bapak Jokowi lebih mendekati sifat dan karakter orang-orang Papua. Dari tingkat kesederhanaan, pembawaan, beliau lebih mendekati orang-orang Papua. Demikian pula dengan wakilnya, Jusuf Kalla. Dilihat dari kepimpinan saat menjabat wakil presiden di era SBY, wakil presiden banyak melihat kebutuhan dan keinginan masyarakat luas melalui media massa dan juga turun langsung ke masyarakat Papua," bebernya.

Lebih lanjut lagi, kata Marthen, sosok Jusuf Kalla juga merupakan pemimpin yang pernah mendukung adanya pembangunan di daerah Papua.

"Untuk itu kami lebih cenderung ke mendukung pasangan Jokowi-JK. Saya berbicara sebagai mantan Sekda dan tokoh masyarakat Papua," tegas Marthen.

Marthen juga mengatakan calon presiden Jokowi juga merupakan pemimpin yang sederhana dan sangat dekat dengan masyarakat miskin.

"Jokowi pernah datang ke Sorong, Papua, dia datang ke pasar tanpa pengawalan. Masyarakat di sana sangat senang melihat kesederhanan Jokowi," jelasnya.

Sementara terkait capres Prabowo, Marthen mengungkapkan masyarakat Papua meragukan sosok dan ide-ide yang akan diusung Prabowo.

"Prabowo merupakan mantan militer yang cenderung akan menerapkan strategi-strategi militer. Kami melihat ada ketidaknyamanan masyarakat Papua jika Prabowo berkuasa. Termasuk kekhawatiran masalah HAM bagi masyarakat Papua," ucap Marthen.

Ayah enam orang anak ini juga menilai karakter militer sangat keras dan cenderung akan menimbulkan konflik-konflik terhadap masyarakat Papua. Karakter orang Papua juga sangat keras, tetapi jika masyarakat Papua, diberlakukan dengan baik, masyarakat Papua juga bisa bersikap baik.

"Karena itu jika melihat hal-hal tersebut, kami agak ragu dengan Prabowo. Kami tidak mau terjadi lagi peristiwa yang mengenaskan terhadap orang-orang Papua. Ditahun 1963, 1969 dan sampai sekarang masih terjadi penembakan-penembakan dipedalaman," jelas Marthen.

Mantan Sekda devenitif provinsi Papau Barat yang baru saja pensiun ini menduga penembakan itu terjadi karena kurangnya pendekatan-pendekatan terhadap orang-orang Papua yang masih kurang paham tentang eksistensi Indonesia ini.

Untuk itu, dia berharap masyarakat Papua bisa memilih Jokowi sebagai presiden mendatang. Jika Jokowi terpilih jadi presiden,
Jokowi diyakini bisa memberikan kesejahateraan melalui sumber daya manusia, membangun sekolah-sekolah dengan model yang sesuai dengan masyarakat Papua dan Indonesia. Serta membangun rumah sakit-rumah sakit di Kota Papua. Orang-orang Papua, kata dia, jika sakit jarang yang dibawa ke rumah sakit. Karena di kota-kota jarang terdapat rumah sakit. Apalagi karena banyak orang Papua yang kurang mampu (miskin).

"Untuk itu, kami berharap, Jokowi akan membangun rumah sakit-sakit di Papua. Saya merasakan sejak 1965-an, tidak merasakan adanya pelayanan kesehatan yang memadai. Masyarakat Papua memang banyak yang miskin. Bagaimana bisa membawa anak-anaknya atau keluarganya berobat ke Jakarta atau Makassar. Memang ada rumah sakit di perkotaan, tetapi itu peninggalan Belanda,"pungkasnya. ren

Posted By OBSERVER INDONESIA12.30

Golkar Pecah

Filled under:



https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ_NfHQw-j4FYovj-Ai3EQcSxFazWHkyGqdTKY2vnxrje2pmOhPmA
 

Golkar Pecah
JAKARTA, OI – Memanasnya suhu politik menjelang Pemilihan Presiden 9 Juli mendatang, berimbas kepada perpecahan di Partai Golkar. Keputusan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ditentang sejumlah kader

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan memilih bersebrangan dengan keputusan Golkar yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta.

Menurut Luhut, sosok Joko Widodo (Jokowi) jauh lebih baik dari Prabowo. Lagi pula, hampir setengah kader Golkar, berdasarkan hasil survei, memilih Jokowi sebagai presiden. Angka ini diyakini Luhut akan bertambah lantaran Jokowi memilih Jusuf Kalla yang notabene kader Golkar, sebagai cawapres.

“Kalau saya lihat di hasil pemilu terakhir, hampir 42 persen orang Golkar memilih Jokowi. Mungkin kalau JK masuk, nanti lebih besar ya,” kata Luhut di Jakarta, Selasa (20/5/2014).

Luhut mengatakan, dia telah meminta izin kepada Ketum Golkar Aburizal Bakrie (Ical) atas pilihannya ini. Dia pun menegaskan masih sebagai kader Golkar. “Saya tetap di Golkar, tidak ada yang mengeluarkan saya, kecuali saya,” tegasnya.

Soal hubungannya dengan Ical, Luhut mengatakan tetap bersahabat meski berbeda pandangan politik.

Luhut lalu menuturkan apa yang dia ketahui soal Prabowo. Sesama tokoh militer, Luhut tahu betul latar belakang Prabowo. Dia juga mengaku telah mendapatkan dukungan dari jenderal purnawirawan senior terkait keputusannya ini.

Luhut sepakat, pemimpin Indonesia harus tegas. “Tegas itu tidak mesti mata melotot dan lempar-lempar handphone,” ujar Luhut.

Luhut Panjaitan dan Prabowo Subianto pernah bekerja dalam kesatuan yang sama. Prabowo pernah menjadi wakil Luhut di Detasemen 81 Antiteror pada tahun 1983. Ketika itu Luhut berpangkat Mayor sementara Prabowo masih berpangkat kapten.

Luhut mengaku telah menyiapkan strategi pemenangan pasangan Jokowi-JK. Satu di antaranya melakukan operasi kegiatan pada media sosial.

“Kami akan bekerja, kami akan melakukan operasi kegiatan kegiatan dalam hal sosial media. Kemudian di bawah melakukan gerakan dengan GP Anshor dan relawan relawan yang kita konsolidasikan sehingga kegiatan efektif,” sebut Luhut.

Luhut mengatakan bahwa pihaknya juga memiliki strategi untuk mengantisipasi apabila terjadi kecurangan pada pilpres mendatang.

“Kami bersama Pak Fachrul membantu dengan networking yang kami miliki, networking kami jalan. Pertahanan yang baik adalah menyerang. Menyerang itu bentuknya ya antisipasi, banyak strategi, master saya kan bidang strategi juga,” urai Luhut.

Luhut mengatakan dirinya secara sukarela mendukug Jokowi tanpa meminta apapun, termasuk jabatan strategis.

Terpisah, anggota Dewan Pertimbangan Golkar Fahmi Idris mengaku kecewa dengan keputusan Ical mendukung pencapresan Prabowo-Hatta. Seharusnya, kata Fahmi, Golkar mendukung Jokowi-JK. Sebab, JK adalah kader Golkar.

Anggota Komisi IX dari Fraksi Golkar Poempida Hidayatulloh melontarkan hal senada. Poempida yang pernah menjabat Wakil Bendahara Golkar di era kepemimpinan JK, saat ini menjadi juru bicara matan Wapres RI.

Diketahui, Ical dijanjikan posisi menteri senior oleh Prabowo. Sementara dalam konstitusi Indonesia, seperti dikatakan pengamat politik LIPI Siti Juhro, tidak ada jabatan menteri senior, yang ada pejabat senior.

Prabowo menjanjikan posisi kunci di pemerintahan untuk Ical yang keberadaannya sedang dikaji dengan tim ahli hukumnya Prabowo.

"Soal posisi terhormat itu saya ingin dan saya minta Pak Aburizal Bakrie ikut dalam pemerintahan di dalam satu kabinet dengan jabatan kunci untuk membantu presiden dan wakil presiden di bidang pengendalian ekonomi dan kesejahteraan rakyat," kata Prabowo, Senin (19/5/2014).

Menurut Prabowo, Ical punya kapasitas di bidang itu. Karena punya pengalaman panjang di bidang perekonomian. Ical pernah menjadi Menko Kesra, Menko Perekonomian, pernah memimpin Kadin 10 tahun selama dua periode. Prabowo memberikan bocoran, posisi penting tersebut kemungkinan diberi nama menteri utama.

"Saya ingin ada menteri senior, menteri utama yang akan bertindak secara profesional mempercepat pembangunan. Alhamdulillah Pak Aburizal Bakrie bersedia. Jadi dengan menteri utama saya merasa sangat terbantu dan saya menjadi sangat optimis," kata Prabowo. (fry)

Posted By OBSERVER INDONESIA04.47

Followers