Masyarakat Papua Inginkan Jokowi-JK
Tokoh masyarakat Papua Ir Marthen Luther Lumadas Mc menegaskan, sebagian besar masyarakat berharap Presiden Indonesia yang terpilih di Pilpres 9 Juli mempunyai karakter yang tegas namun sederhana dan jauh dari kesan militer. Alasannya, sebagai besar masyarakat Papua trauma dengan militer.
Demikian disampaikan Marthen Luther yang juga mantan Sekda Provinsi Papua, kepada Observer Indonesia, di Jakarta, Rabu (4/6).
"Kami masih trauma, jika militer yang jadi presiden atau pemimpin di negeri ini. Jadi sebagian besar, masyakat Papua mendukung Jokowi sebagai presiden. Khususnya para orangtua yang mengalami kejadian di tahun 1962-1965. Termasuk kakak saya yang dipenjara karena sempat melawan pemerintah (militer) karena dianggap melawan aparat," kata Marthen Luther.
Marthen Luther menjelaskan, faktor trauma tersebut terjadi lantaran adanya tindakan yang terlalu keras yang dilakukan aparat kemananan terhadap masyarakat Papua, termasuk pengunaan senjata api untuk menyelesaikan persoalan dengan masyarakat Papua yang tinggal di pedalaman.
"Kami tidak mau terjadi lagi peristiwa yang mengenaskan terhadap orang-orang Papua. Di tahun 1963, 1969 dan sampai sekarang, masih terjadi penembakan-penembakan orang Papua di pedalaman," ungkapnya.
Dia juga menduga penembakan itu terjadi karena kurangnya pendekatan-pendekatan terhadap orang-orang Papua yang masih kurang paham tentang eksistensi Indonesia ini.
"Seharusnya penguasa atau militer bisa melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua yang tidak sepenuhnya paham tentang keberadaan pemerintah Indonesia," ujarnya
Mantan Kepala Dinas Kehutanan Sorong tahun 1993-2003 ini menjelaskan, karena faktor trauma tersebut, sebagian besar masyarakat Papua berharap pasangan Jokowi-Kalla terpilih menjadi presiden, memerintah di Indonesia untuk lima tahun ke depan.
"Kami melihat sifat dan penampilan dari Bapak Jokowi lebih mendekati sifat dan karakter orang-orang Papua. Dari tingkat kesederhanaan, pembawaan, beliau lebih mendekati orang-orang Papua. Demikian pula dengan wakilnya, Jusuf Kalla. Dilihat dari kepimpinan saat menjabat wakil presiden di era SBY, wakil presiden banyak melihat kebutuhan dan keinginan masyarakat luas melalui media massa dan juga turun langsung ke masyarakat Papua," bebernya.
Lebih lanjut lagi, kata Marthen, sosok Jusuf Kalla juga merupakan pemimpin yang pernah mendukung adanya pembangunan di daerah Papua.
"Untuk itu kami lebih cenderung ke mendukung pasangan Jokowi-JK. Saya berbicara sebagai mantan Sekda dan tokoh masyarakat Papua," tegas Marthen.
Marthen juga mengatakan calon presiden Jokowi juga merupakan pemimpin yang sederhana dan sangat dekat dengan masyarakat miskin.
"Jokowi pernah datang ke Sorong, Papua, dia datang ke pasar tanpa pengawalan. Masyarakat di sana sangat senang melihat kesederhanan Jokowi," jelasnya.
Sementara terkait capres Prabowo, Marthen mengungkapkan masyarakat Papua meragukan sosok dan ide-ide yang akan diusung Prabowo.
"Prabowo merupakan mantan militer yang cenderung akan menerapkan strategi-strategi militer. Kami melihat ada ketidaknyamanan masyarakat Papua jika Prabowo berkuasa. Termasuk kekhawatiran masalah HAM bagi masyarakat Papua," ucap Marthen.
Ayah enam orang anak ini juga menilai karakter militer sangat keras dan cenderung akan menimbulkan konflik-konflik terhadap masyarakat Papua. Karakter orang Papua juga sangat keras, tetapi jika masyarakat Papua, diberlakukan dengan baik, masyarakat Papua juga bisa bersikap baik.
"Karena itu jika melihat hal-hal tersebut, kami agak ragu dengan Prabowo. Kami tidak mau terjadi lagi peristiwa yang mengenaskan terhadap orang-orang Papua. Ditahun 1963, 1969 dan sampai sekarang masih terjadi penembakan-penembakan dipedalaman," jelas Marthen.
Mantan Sekda devenitif provinsi Papau Barat yang baru saja pensiun ini menduga penembakan itu terjadi karena kurangnya pendekatan-pendekatan terhadap orang-orang Papua yang masih kurang paham tentang eksistensi Indonesia ini.
Untuk itu, dia berharap masyarakat Papua bisa memilih Jokowi sebagai presiden mendatang. Jika Jokowi terpilih jadi presiden,
Jokowi diyakini bisa memberikan kesejahateraan melalui sumber daya manusia, membangun sekolah-sekolah dengan model yang sesuai dengan masyarakat Papua dan Indonesia. Serta membangun rumah sakit-rumah sakit di Kota Papua. Orang-orang Papua, kata dia, jika sakit jarang yang dibawa ke rumah sakit. Karena di kota-kota jarang terdapat rumah sakit. Apalagi karena banyak orang Papua yang kurang mampu (miskin).
"Untuk itu, kami berharap, Jokowi akan membangun rumah sakit-sakit di Papua. Saya merasakan sejak 1965-an, tidak merasakan adanya pelayanan kesehatan yang memadai. Masyarakat Papua memang banyak yang miskin. Bagaimana bisa membawa anak-anaknya atau keluarganya berobat ke Jakarta atau Makassar. Memang ada rumah sakit di perkotaan, tetapi itu peninggalan Belanda,"pungkasnya. ren
0 komentar:
Posting Komentar